Selasa, 28 November 2017

Genetika Intraksi gen

Laporan Pratikum Genetika
 






Acara 7
Interaksi Gen
Mukhlis Aprio
Npm : E1J1015139

Shift: D1. Senin (10.00-12.00)
Kelompok : 6

Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Dasar Teori
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara genetik. Selain mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen menurut (Suryo: 2008). Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam.
Menurut William D. Stansfield (1991 : 56) fenotipe adalah hasil produk gen yang dibawa untuk diekspresikan ke dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini tidak hanya meliputi berbagai faktor eksternal seperti: temperatur dan banyaknya suatu kualitas cahaya. Sedangkan faktor internalnya meliputi: Hormon dan enzim. Gen merinci struktur protein. Semua enzim yang diketahui adalah protein.Enzim melakukan fungsi katalis, yang menyebabkanpemecahan atau penggabungan berbagai molekul.Semua reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel merupakan persoalan metabolisma. Reaksi – reaksi ini merupakan reaksi pengubahan bertahap satu substansi menjadi substansi lain, setiap langkah (tahap) diperantarai oleh suatu enzim spesifik. Semua langkah yang mengubah substansi pendahulu (precursor) menjadi produk akhir menyusun suatu jalur biosintesis.Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan protein enzim yang mengkatalis langkah – langkah dalam suatu jalur bersama.
Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger ercis menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2dengan fenotipe walnut : mawar : ercis : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1. Dari fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal.
Munculnya fenotipe jengger tunggal dan walnut, mengindikasikan adanya keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan fenotipe ercis.
Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna rambut mencit (Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu :
gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu,
gen a menyebabkan bulu berwarna hitam,
gen C menyebabkan pigmentasi normal, dan
gen c menyebabkan tidak ada pigmentasi (putih).
Akibat peristiwa ini, pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4. Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya. (wildan, 1986)
Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat :
Gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning
Gen y yang menyebabkan buah berwarna hijau
Gen W yang menghalangi pigmentasi dan
Gen w yang tidak menghalangi pigmentasi
Fenotipe pada generasi F2dengan adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1. Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan :
Gen I yang menghalangi pigmentasi,
Gen i, yang tidak menghalangi pigmentasi.
Gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan
Gen c, yang tidak menimbulkan pigmentasi.
Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I dan i.  Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2. Interaksi beberapa gen, gen yang bersifat menutup disebut (epistasis) dan gen yang bersifat tertutupi (hipostasis).Epistasis-hipostasis pertama kali ditemukan oleh (Nelson dan Ehle).Interaksi gen bisa berupa gen-gen dominan (epistasis dominan), dan jika interaksi terjadi antar gen-gen resesif (epistasis resesif). Komplementer / epistasis resesif rangkap : interkasi beberapa gen yang slaing melengkapi. Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda.  Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.
Epistasis dominan rangkap : peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotip tunggal. Apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis dominan ganda.  Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 15 : 1 pada generasi F2.Contoh peristiwa epistasis dominan ganda dapat dilihat pada pewarisan bentuk buah Capsella.Ada dua macam bentuk buah Capsella, yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga disebabkan oleh gen dominan C dan D, sedang bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan d. Dalam hal ini C dominan terhadap D dan d, sedangkan D dominan terhadap  C dan c. (Ritonga, 2012)
1.2              Tujuan
-          Memahami macam-macam interaksi gen.
-          Mensimulasi dan memahami contoh-contoh fenomena interaksi gen.



BAB II
BAHAN DAN METODE PRATIKUM

2.1       Alat dan Bahan
            -Print Out gambar-gambar tanaman yang mengalami interaksi gen.
-Kalkulator
2.2       Prosedur Kerja
-   Masing-masing kelompok akan diberikan print out gambar-gambar tanaman yang mengalami interaksi gen.
-   Mengamati setiap gambar yang ada.
-   Memilih karakter yang akan diuji.
-   Melakukan perhitungan fenotipe karakter yang tampak pada print out sesuai dengan karakter yang dipilih.
-   Menghitung Chi-Square krakter tersebut.
-   Mengamat dan membahas hasil yang terjadi.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
 3.1      Hasil Pembahasan
1.Interaksi Gen Intra Lokus
 Perbandingan yang diperoleh =  Merah : Pink : Putih = 48 : 100 : 52
  Tabel
Kelas
Observasi (o)
Expected (e)
(0-E)
X2= (O2/E)
Merah
48
50
-2
0,08
Pink
100
100
0
0
Putih
52
50
2
0,8
Total
200
200
0
X2hit=0,16
 2. Interaksi gen antar lokus (Bunga)
Perbandingan yang diperoleh : Ungu : Merah :  Putih = 110 : 72 : 12
  Tabel warna bunga
Kelas
Observasi (o)
Harapan (E)
Deviasi (D)
X2 =( O2/E)
Ungu
110
109
1
0,009
Merah
72
73
-1
0,013
Putih
12
12
0
0
Total
194
194
0
0,022

  3.Interaksi gen antar lokus (Buah)
Perbandingan yang diperoleh =  Kuning : Merah = 181 : 13
  Tabel warna buah
Kelas
Observasi (O)
Harapan (E)
Deviasi (O)
X2=(O2/E)
Kuning
181
182
-1
0,0054
Merah
13
12
1
0,083
Total
194
194
0
0,0884


3.2       Pembahasan
 Dari pratikum yang telah kami lakukan maka di dapat hasil pada tabel pertama yaitu interaksi intra lokus yang warna bunga pada persilangan adalah bunga berwarna merah yang berjumlah 48 dengan harapan(E) 50, bunga berwarna pink berjumlah 100 dengan harapan(E) 100, dan bunga yang berwarna putih berjumlah 52 dengan harapan(E) 50, drajat bebas pada data ini adalah db=n-1 maka db= 3-1, maka db=2, sehingga chi square tabel (X2) dengan tiga data adalah 5,99. Hasil hitung jumlah kuadrat deviasi (O-E)2 dibagi expected(E) atau X2hit  adalah sebesar 4,11. Berdasarkan data tersesebut bahwa X 2 hit < dari X2 tab, maka deviasi yang terjadi diluar faktor kemungkinan, h0 diterima, berarti pengamatan sesuai dengan harapan memenuhi perbandingan 1 : 2 : 1.
Untuk tabel kedua yaitu interaksi antar lokus persilangan warna bunga, pada percobaan ini mendapatkan hasil bunga yang berwarna ungu berjumlah 110 dengan harapan(E) 109 bunga berwarna merah berjumlah 72 dengan harapan(E) 73, dan bunga berwarna putih berjumlah 12 dengan harapan(E) 12 drajat bebas pada data ini adalah db=n-1 maka db= 3-1, maka db=2, sehingga chi square tabel (X2) dengan tiga data adalah 5,99. Hasil hitung jumlah kuadrat deviasi (O-E)2 dibagi expected(E) atau X2hit  adalah sebesar 0,022 Berdasarkan data tersesebut bahwa X 2 hit > dari X2 tab, Maka h0 ditolak, berarti pengamatan tidak sesuai dengan harapan dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Pada pengamatan interaksi antar lokus dengan persilangan warna bunga ini tidak ada yang sesuai dengan hukum mendel atau interaksi gen ( tanpa interaksi, komplementasi, modifikasi dan duplikasi).
Dan pada tabel terakhir yaitu interaksi antar lokus persilangan warna buah, pada percobaan ini mendapatkan hasil buah yang berwarna kuning berjumlah 181 dengan harapan(E) 182, dan buah berwarna merah berjumlah 13 dengan harapan(E) 12 drajat bebas pada data ini adalah db=n-1 maka db= 2-1, maka db=1, sehingga chi square tabel (X2) dengan dua data adalah 3,84. Hasil hitung jumlah kuadrat deviasi (O-E)2 dibagi expected(E) atau X2hit  adalah sebesar 0,0884. Berdasarkan data tersesebut bahwa X 2 hit > dari X2 tab, Maka h0 ditolak, berarti pengamatan tidak sesuai dengan harapan dengan perbandingan 1 : 1. Hal ini membuktikan bahwa persilangan diatas  tidak sesuai dengan rasio interaksi gen non mendel jenis duplikasi yakni 9:7. Menurut Yatim (1983) duplikat adalah gen dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme.
Suatu hipotesis akan diterima jika nilai X2 hitungnya lebih kecil dari nilai X2 tabel yang artinya pengambilan sesuai dengan perbandingan yang telah ditetapkan (Suryo, 1992).



BAB IV
KESIMPULAN

4.1       Kesimpulan
                        Dari percobaan diatas, dapat disimpulkan yaitu :
·         Terdapat 3 bentuk interaksi epitasi non mendel yakni :
a.       Komplementasi,
b.      Modifikasi
c.       Duplikasi.
·         Epistasis dominan (perbandingan 12 :3 :1/Modifikasi ).Epistasis resesif ( modifying gen ) ( perbandingan 9 : 3 : 4/Komplementasi).Epistasis dominan resesif ( Inhibiting gen ) ( perbandingan 13 : 3/Modifikasi).Epistasis dominan duplikat ( polimeri ) ( perbandingan 15 : 1/Duplikasi).Epistasis resesif duplikat ( complementary factor ) ( perbandingan 9 :7 / Komplementasi).Gen duplikat dengan efek kumulatif ( 9 : 6 : 1 ).Epistasis dominan resesif ( Inhibiting gen ) ( perbandingan 7 : 6 : 3/Modifikasi).



DAFTAR PUSTAKA

Ritonga.2012. Interaksi Gen.(online) http://erwitaritonga.blogspot.com. Diakses pada 10   November 2016 pukul 16:55.
Suryati, Dotti. 2012. Bahan ajar kuliahgenetika, hokum mendel II.Bengkulu : Universitas  Bengkulu
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Yogyakarta: UGM.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Yatim, W. 1986. Genetika. Bandung: Tarsito.



JAWABAN PERTANYAAN

1.        Suatu tanaman “entahapanamanya”, warna bunganya dikontrol oleh 2 gen yang masing-masing mepunyai 2 alel dan tidak pada kromosom yang sama (tidak terpaut). Tanaman berbunga kuning galur murni disilangkan dengan galur murni yang berbunga biru. Biji F1 hasil silangan ini bila ditanam akan menghasilkan tanaman berbunga biru dan bila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri maka dari biji yang dihasilkan akan diperoleh tanaman F2 yang berbunga dengan perbandingan 9 biru : 6 ungu : 1 kuning. Jika tanaman F1 disilangkan dengan tanaman berbunga kuning dan menghasilkan biji, tanaman berbunga apa saja yang akan dihasilkan. Analisislah percobaan ini, tentukan semua genotipenya.
Jawab  :
P    :           kkbb    X     KKBB
                     (kuning)            (biru)
                              Segregasi
Gamet:              k b                 K B
                             Persilangan
F1:              KkBb (Biru)
                              Segregasi
Gamet:            KB                  KB
                        Kb                   Kb
                        kB                   kB
                        kb                    kb
Selfing F2 :
KB
Kb
kB
kb
KB
KKBB
KKBb
KbBB
KkBb
Kb
KKBb
KKbb
KkBb
Kkbb
kB
KkBB
KkBb
kkBB
kkBb
kb
KkBb
Kkbb
kkBb
kkbb
9 biru : 6 ungu : 1 kuning



Uji Testcross
P    :        KkBb        X       kkbb
                     (biru)                (kuning)
                              Segregasi
Gamet:     KB                kb
                          Kb
                        kB
                        kb
                             Persilangan
Kb
KB
KkBb
Kb
Kkbb
kB
kkBb
Kb
kkbb
F1:      





Rasio Genotipnya       : KkBb : Kkbb : kkBb : kkbb
                                          1     :     1    :    1     :    1
Rasio Fenotipenya : Biru : Ungu : Kuning
                                           1   :     2    :      1

2.        Dalam percobaan persilangan jagung :
a.         Jagung homozigot coklat dengan jangung homozigot kuning, dihasilkan F1 100% kuning dan F2 dengan perbandingan warna biji kuning : coklat = 9 : 7. Jelaskan fenomena genetik yang berhubungan dengan warna biji jagung tersebut
Jawab :
P         :           cckk     X     CCKK
              (coklat)             (kuning)
                       Segregasi
Gamet:       c k                 C K
                        Persilangan
F1:                            CcKk (100% kuning)
                       Segregasi
Gamet:     CK                  CK
                 Ck                   Ck
                 cK                   cK
                 ck                    ck
Selfing F2 :
CK
Ck
cK
Ck
CK
CCKK
CCKk
CcKK
CcKk
Ck
CCKk
CCkk
CcKk
Cckk
cK
CcKK
CcKk
ccKK
ccKk
ck
CcKk
Cckk
ccKk
Cckk
9 kuning : 7 coklat
Fenomena genetik yang berhubungan dengan warna biji jagung tersebut adalah komplementer dengan perbandingan 9 : 7 atau epistasis resesif rangkap yaitu interkasi beberapa gen yang saling melengkapi. Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda.  Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2
b.        Dalam koleksi terdapat 2 galur yang keduanya berwarna coklat. Persilangan dari kedua galur berwarna coklat itu menghasilkan F1 berwarna kuning  dan F2 dengan perbandingan warna biji 9 : 7 untuk kuning : coklat. Jelaskan genotipe galur-1 dan galur-2
Jawab :
P    :           cckk     X     CCKK
         (coklat)             (coklat)
                   Segregasi
Gamet:              c k                 C K
                    Persilangan
F1:             CcKk (kuning)
                   Segregasi
Gamet: CK                  CK
             Ck                   Ck
             cK                   cK
             ck                    ck
Selfing F2 :
CK
Ck
cK
Ck
CK
CCKK
CCKk
CcKK
CcKk
Ck
CCKk
CCkk
CcKk
Cckk
cK
CcKK
CcKk
ccKK
ccKk
Ck
CcKk
Cckk
ccKk
Cckk
                                      9 kuning : 7 coklat
Fenomena genetik yang berhubungan dengan warna biji jagung tersebut adalah komplementer dengan perbandingan 9 : 7 atau epistasis resesif rangkap yaitu interkasi beberapa gen yang saling melengkapi. Yang terjadi pada genotipe galur 1 dan galur 2 adalah sifat yang saling tidak menutupi sehingga  ketika kedua sifat ini bersatu akan menciptakan fenotipe baru karena akan saling menutupi dan menghasilkan ekspresi warna yang baru.
c.         Ada 5 biji, yaitu : biji-1 kuning, biji-2 kuning, biji-3 kuning, biji-4 tidak dicatat, dan biji-5 coklat.
1)        Polen tanaman biji-1 dipakai untuk menyerbuki galur-1 dan galur-2 dan diperoleh hasil :
Biji-1 x Galur-1 = 100% kuning
Biji-1 x Galur-2 = 50% kuning, 50% coklat
Bagaimana genotipe biji-1 untuk sifat warna biji ?
Jawab : diperkirakan genotipe biji 1 untuk sifat warna biji kuning (Kk) adalah dominan dan sifat untuk galur 1 juga kuning dominan penuh (KK) dan galur 2 dengan warna biji dominan resesif kuning (Kk) sehingga dapat menciptakan warna baru adalah  dengan pembuktian:
·         Pembuktian biji 1 dominan kuning (KK) x galur 1 dominan penuh kuning (KK) dengan hasil 100% kuning
P    :              KK               X                 KK
                     (biji 1 kuning)                     (galur 1)
                                          Segregasi
Gamet:         K                                    K           
                                          Persilangan
F1:                     KK (100% kuning)
·         Pembuktian biji 1 dominan kuning (KK) x galur 2 kodominan kuning (Kk) dengan hasil 50% kuning dan 50% coklat
P    :              KK               X                Kk
                     (biji 1 kuning)                    (galur 2)
                                          Segregasi
Gamet:       K                                    K
                                                            k
                                          Persilangan
K
K
KK
K
Kk
F1:                  
                                                            KK ( 50% kuning )
                                                            Kk ( 50% coklat )

2)        Polen tanaman biji-2 juga digunakan untuk menyerbuki galur-1 dan galur-2 dan diperoleh hasil :
Biji-2 x Galur-1 = 50% kuning, 50% coklat
Biji-2 x galur-2 = 100% kuning
Bagaimana genotipe warna biji-2 ?
Jawab : diperkirakan genotipe biji 2 untuk sifat warna biji dominan kuning (KK) dan sifat untuk galur 1 adalah kodominan kuning (Kk) sehingga dapat menciptakan warna baru dan galur 2 dengan warna biji dominan kuning (KK) sehingga dapat menciptakan warna baru adalah  dengan pembuktian:
·         Pembuktian biji 2 dominan kuning (KK) x galur 1 kodominan kuning (Kk)  dengan hasil 50 % kuning dan 50% coklat
P    :              KK               X                Kk
                         (biji 2)                           (galur 2)
                                          Segregasi
Gamet:       K                                    K
                                                            k
                                          Persilangan
K
K
KK
K
Kk
F1:                  
                                    KK ( 50% kuning )
                                    Kk ( 50% coklat )

·         Pembuktian biji 2 dominan kuning (KK) x galur 2 dominan kuning  (KK) dengan hasil 100% kuning

P          :              KK               X                 KK
                     (biji 2 kuning)                     (galur 2)
                                          Segregasi
Gamet:                  K                                    K           
                                          Persilangan
F1:                     KK (100% kuning)

3.        Uji yang sama dilakukan pada polen asal tanaman biji-5 dan diperoleh hasil:
Biji-5 x Galur-1 = 100% coklat
Biji-5 x Galur-2 = 100% coklat
Bagaimana genotipe warna biji-5 ?
Jawab : diperkirakan genotipe biji 5 untuk sifat warna biji coklat (CC) adalah dominan penuh dan sifat untuk galur 1 juga coklat dominan penuh (CC) dan galur 2 dengan warna biji coklat dominan  (CC) adalah  dengan pembuktian:
·         Pembuktian biji 5 x galur 1 dengan hasil 100% coklat
P    :              CC                X                 CC
                     (biji 5 coklat)                      (galur 1)
                                          Segregasi
Gamet:         C                  kjk                  C
                                          Persilangan
F1:                     CC (100% coklat)
·         Pembuktian biji 5 x galur 2 dengan hasil 100% coklat
P    :              CC                X                 Cc
                     (biji 5 coklat)                      (galur 2)
                                          Segregasi
Gamet:        C                             C
                                          Persilangan
F1:                     CC (100% coklat)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar