Laporan Pratikum
Genetika

Acara 3
Hukum Mendel I
Mukhlis Aprio
Npm : E1J1015139
Shift: D1. Senin (10.00-12.00)
Kelompok : 6
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2016
Laporan Pratikum
Genetika

Acara 3
Hukum Mendel I
Mukhlis Aprio
Npm : E1J1015139
Shift: D1. Senin (10.00-12.00)
Kelompok : 6
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2016
BAB 1
Pendahuluan
1.1.
Latar belakang
Genetika
adalah Cabang Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari
induk kepada keturunannya (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul).
Didalam genetika dan pemuliaan juga dikenal istilah-istilah salah satunya
adalahGen.gen memiliki
bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini
adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R) (Fauzan,Tyo 2003)
Pengetahuan
tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama
berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai
pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel.(Team
Teaching.2014. " Penuntun Praktikum Biologi. UNG).
Hukum mendel merupakan
hukum hereditas yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip penurunan sifat pada
organisme. Sebelum menjadi suatu hukum, banyak ahli biologi yang belum mengakui
pendapat atau teori mendel tentang hereditas. Pada tahun 1865, mendel menulis
sebuah makalah berjudul “ experiment in Plant Hybridization”. Makalah tersebut
berisi hasil percobaan persilangan-perdilangan tanaman serta hipotetsisi mendel
tentang pewarisan material genetic dari induk (tertua) kepada anaknya.
Berdasarkan percobaan mendel,tersebut lahirlah konsep genetika adanya factor
yang menentukan sifat organisme. Konsep mendel belum dapat diterima oleh para
ahli biologi pada waktu itu hingga muncul penemuan kromosom secara mikroskopik
yang mendukung teori mendel. (Syamsuli,Pradito. dkk. 2004 )
Hukum
mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda
(monohibrit). Setiap indifidu yang berkembang baik secara seksual terbentuk
dari perleburan 2 gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis
mendel dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum
mendel I berlaku pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip heterozigot.
Dalam peritiwa meiyosis, gen sealel akan terpisah , mesisng-masing terbentuk
gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet. Waktu
terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet
yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan
atau peristiwa.( Suryati Doti, 2011)
1.2.
Tujuan
Ø Mencari
angka-angka perbandingan sesuai dengan hukum mendel
Ø Menemukan
nisbih teoritis sama atau mendekati nisbih pengamatan
Ø Memahami
pengertian dominan,resesif,genotipe,fenotipe
BAB 11
Bahan dan metode
1.3.
Bahan dan alat
Model gen (kancing
plastik ) 2 warna Dua buah stoples.
1.4.
Cara kerja
1.
Mengambil model
gen merah dan putih,masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30
betina ).
2.
menyisihkan
pasang model gen merah dan gen putih
dalam keadaan berpasangan.
ini dimisalkan individu merah dan individu putih.
3.
Membuka pasangan
gen diatas (langkah 2 ), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet,
baik oleh individu merah atau individu putih.
4.
Menggabungkan
model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini
menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu
putih.
5.
Memisahkan
kembali model gen merah dan model putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen
pada pembentukan gamet F1.
6.
Selanjutnya
semua model gen jantan baik merah maupun putih memasukkan stoples jantan dan
model betina.
7.
Dengan tanpa
melihat dan sambil mengaduk atau mencampur gen-gen tersebut mengambil secara
acak sebuah gen dari masing-masing stoples, kemudian pasangkan.
8.
Melakukan secara
terus menerus sambil mengambil model gen
sampai habis dan mencatat setiap pasangan gen yang terambil kedalam tabel
pencacatan.
9.
Bisa juga dengan
mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8 ) ke dalam stoples
masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi.
Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x,
40x, dan 60x,
BAB III
Hasil dan pembahasan
3.1.
hasil
Tabel 1. Pencatata untuk pengambilan 20x
|
No
|
pasangan
|
Tabulasi
ijiran
|
jumlah
|
|
1
|
Merah-merah
|
11111
|
5
|
|
2
|
Merah-putih
|
11111111111
|
11
|
|
3
|
Putih-putih
|
1111
|
4
|
Tabel 2. Pencatata untuk pengambilan 40x
|
No
|
pasangan
|
Tabulasi
ijiran
|
jumlah
|
|
1
|
Merah-merah
|
1111111111
|
10
|
|
2
|
Merah-putih
|
111111111111111111111
|
21
|
|
3
|
Putih-putih
|
111111111
|
9
|
Tabel 3. Pencatata untuk pengambilan 60x
|
No
|
pasangan
|
Tabulasi
ijiran
|
jumlah
|
|
1
|
Merah-merah
|
1111111111111111
|
16
|
|
2
|
Merah-putih
|
11111111111111111111111111111
|
29
|
|
3
|
Putih-putih
|
111111111111111
|
15
|
Note:
bagi yang mendapatkan angka perbandingan jauh dari 1 : 2 : 1 ( pada
tab.ijiran), misalnya untuk 20x ; 8 : 9 :3 atau 5 :7 : 9 dst. Harus diulangi
lagi pengamatannya!!!
Tabel 4. Perbandingan/nisbah fenotipe
pengamtan/observasi (o) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk
pengambilan 20 x
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(observasi
= o )
|
Tabulasi
ijiran
(expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
|
Merah
|
16
|
15
|
1
|
|
Putih
|
4
|
5
|
-1
|
|
Total
|
20
|
20
|
0
|
Tabel 5. Perbandingan/nisbah fenotipe
pengamtan/observasi (o) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk
pengambilan 40 x
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(observasi
= o )
|
Tabulasi
ijiran
(expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
|
Merah
|
31
|
30
|
1
|
|
Putih
|
9
|
10
|
-1
|
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
Tabel 6. Perbandingan/nisbah fenotipe
pengamtan/observasi (o) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk
pengambilan 60 x
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(observasi
= o )
|
Tabulasi
ijiran
(expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
|
Merah
|
45
|
44
|
1
|
|
Putih
|
15
|
16
|
-1
|
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
BAB 1V
PEMBAHASAN
Pada pratikum yang kami lalukan di dapat
hasil percobaan dengan menggunakan kancing genetik dengan dua perbedaan pada warna
yaitu kancing gen yang berwarna merah dan kancing gen berwarna
putih. Selanjutnya memilihsecara acak dari
dalam toples, mulai dari pengambilan 20 x, 40 x, dan 60x dengan
perbandingan 1 : 2 : 1. Pada
Pengambilan pertama dilakukan 20 x secara acak, didapatkan jumlah
tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah berjumlah 5 pasang, pasangan merah-putih berjumlah 11 pasang dan terakhir pasangan
putih-putih dengan jumlah 4 pasang.
ada percobaan kedua
dilakukan pengambilan secara
acak sebanyak 40 x , didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan
merah-merah dengan jumlah 10 pasang,pasangan
merah-putih berjumlah 21 pasang dan yang terakhir pasangan
putih-putih dengan jumlah 9 pasang.
Dan pengambilan terakhir sebanyak 60 x ,
didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan
jumlah 16 pasang, pasangan merah-putih dengan
jumlah 29 pasang dan yang terakhir pasangan putih-putihdengan
jumlah 15 pasang kancing genetik.
Selanjutnya melakukan perbandingan/nisbah fenotipe
pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected
(E) untuk mendapatkan deviasi (O-E), artinya pengamatan-harapan. Perbandingan/
nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected
(E) untuk pengambilan 20x mendapatkan hasil sesuai dengan percobaan mendel
yaitu mendapatkan perbandingan 3 : 1 dengan perincian 16 merah dan 4 putih.
Jadi merah dominan dan dapat menutupi putih sebagai resesifnya.
Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O)
dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x mendapatkan
hasil mendekati dengan hasil percobaan mendel yaitu mendapatkan perbandingan 3
: 1 dengan perincian 31 merah dan 9 putih. Jadi merah dominan dan dapat
menutupi putih sebagai resesifnya.
Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O)
dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x mendapatkan
hasil mendekati dengan hasil percobaan mendel yaitu mendapatkan perbandingan 3
: 1 dengan perincian 44 merah dan 16 putih. Jadi merah dominan dan dapat
menutupi putih sebagai resesifnya.
ukum
Mendel I diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid, yaitu persilangan dengan
satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji bulat
dengan tanaman ercis biji berkerut. Hasilnya semua keturunan F1 berupa tanaman
ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan persilangan antarketurunan F1 untuk
mendapatkan keturunan F2. Pada keturunan F2 didapatkan perbandingan fenotip
kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berkerut.
Perbandingan fenotip bulat
: berkerut = 3 : 1
Perbandingan genotip BB :
Bb : bb = 1 : 2 : 1
Berdasarkan
hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel menyimpulkan bahwa
pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan mengalami segregasi (memisah)
sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah gen saja. Kesimpulan itu
dirumuskan sebagai hukum Mendel I yang dikenal juga dengan hukum Pemisahan
Gen yang Sealel. Beberapa kesimpulan penting dari perkawinan monohibrid di
atas sebagai berikut.
1. Semua
individu F1 memiliki sifat yang seragam.
2. Jika
dominan nampak sepenuhnya, individu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang
dominan.
3. Pada
waktu individu F1 yang heterozigot itu membentuk gamet-gamet terjadilah
pemisahan alel sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja.
4. Jika
dominasi nampak sepenuhnya, perkawinan monohibrid (Bb >< Bb) menghasilkan
keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3 : 1 (yaitu biji bulat :
biji berkerut) dan memperlihatkan perbandingan genotip 1 : 2 : 1 (yaitu BB : Bb
: bb). (Crowder, L. V. 1997)
BAB V
KESIMPULAN
Ø resesif
sebagai tetuanya maka akan didapat perbandingan genotipe 1 : 2 : 1 (1
untuk homozigot dominan : 2 untuk heterozigot : 1 untuk homozigot resesif). Dan
didapat pula perbandingan fenotipe yaitu 3 : 1 (3 untuk gen yang dominan : 1
untuk gen yang resesif)
Ø Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada
praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : 1:2:1
dan mengamati nisbah pengamatan.
Ø Genotip adalah komposisi atau sifat
yang tak tampak
Fenotip adalah sifat yang tampak pada
keturunan.
Dominan
adalah sifat yang sering muncul,dan yang menutupi sifat resesif.
Sifat dominan ditemukan pada fenotip Merah dan
sifat resesif ditemukan pada f2 heterozigot.
Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada
praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : 1:2:1.
Resesif adalah sifat yang tertutupi
oleh sifat dominan.
saran
untuk
pratikum kedepannya keadaan ruangan bisa di kondupsikan lagi kedpannyo.
Jawaban
pertanyaan
1.
Berapa macam pasangan genotipe yang anda
peroleh ?
2.
Berapa perbandingannya ?
3.
Jika model gen merah dominan, berapa
perbadingnan fenotipe yang diperoleh ?
4.
Apa yang dapat anda simpulkan dari
percobaan model 2 ini ?
Jawab
:
1. Ada tiga macam, yaitu : Merah-Merah (MM), Merah-Putih (Mm) , Putih Putih (mm)
2. Perbandingannya adalah 1MM
: 2Mm : 1mm
3. Perbandingan fenotipe nya adalah 3
Merah : 1 Putih
4. Dari
percobaan yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaanmenghasilkan genotif yaitu MM:Mm:mm
dengan perbandingan (1:2:1). Pada
F1 menghasilkanFeonipe 100% merah, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gen merah dominanterhadap
gen putih. Dan
untuk perbandingan
fenotipe pada persilangan monohibrid F2 yaitu 75% merah dan 25%
putih.
Daftar
Pustaka
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Fauzan,Tyo 2003. Genetika.Biologi SMA.
Erlangga.Jakarta.
Suryati Doti, 2011. Hukum Mandel I. Erlangga : Jakarta
Suryati Doti, 2011. Hukum Mandel I. Erlangga : Jakarta
Syamsuli,Pradito. dkk.
2004. Biologi. Erlangga :
Jakarta
Team Teaching. 2014. Mata Kuliah
Biologi. Gorontalo : Universitas
Negeri
Gorontalo